Langsung ke konten utama

Review Jurnal Internasional

REVIEW JURNAL

Improving production planning through finite-capacity MRP
(Peningkatan Perencanaan Produksi melalui Kapasitas Terbatas MRP)
Tommaso Rossi, Rossella Pozzi, Margherita Pero and Roberto Cigolini
School of Industrial Engineering, Carlo Cattaneo – LIUC University, Castellanza, Italy; Department of Management, Economics and Industrial Engineering (DIG), Politecnico di Milano, Milano, Italy
(Received 5 October 2015; accepted 6 April 2016)

1. Pendahuluan
Peneliti dalam melakukan penelitkan terlebih dahulu menjelaskan latar belakang mengapa melakukan penelitian ini. Peneliti menemukan bahwa beberapa tahun yang lalu, hampir 75% dari perusahaan manufaktur menggunakan MRP sebagai metode utama untuk pembuatan perencanaan material. Bahkan saat ini, MRP adalah alat up-to-date yang banyak digunakan oleh perusahaan manufaktur berkat kemampuannya beradaptasi untuk fluktuasi permintaan dinamis serta kemampuannya untuk menentukan terlebih dahulu apa dan berapa banyak memesan pada supplier internal dan eksternal.
Namun peneliti mengetahui bahawa dibalik kelebihannya, Namun, jika di palikasikan pada kerja di lapangan, MRP menunjukkan beberapa kelemahan, yaitu mengabaikan kendala fasilitas kapasitas dan bertanggung jawab atas terjadinya lead-time, dimana kelemahan tersebut mengarah pada jadwal produksi yang tidak layak, fluktuasi beban kerja over-time, dan sebagainya. Akhirnya, inventory barang setengah jadi dan lead time yang tidak menentu itu akan mempengaruhi sistem produksi.
Peneliti dalam mengatasi permasalah tersebut memiliki tujuan dalam makalah ini, yaitu untuk mendefinisikan prosedur MRP yang berorientasi pada kapasitas dalam membantu praktisi untuk merencanakan sistem produksi mereka sekaligus mengatasi permintaan kebutuhan yang membuat lead time menjadi di luar prosedur MRP. Secara khusus, makalah ini membahas jumlah yang relevan dari perusahaan manufaktur yang masih menggunakan MRP sebagai alat utama mereka untuk membuat perencanaan bahan.


2. Metode Penelitian
Peneliti menggunakan metode baru dimana prosedur yang di usulkan dalam penelitian ini adalah didasarkan pada kombinasi kapasitas tidak terbatas tradisional MRP dan pendekatan MILP. Lingkungan manufaktur terbentuk dari sejumlah sumber daya berkapasitas produksi dimana berfokus pada family product. Semua sumber daya yang tergolong dalam family product yang diberikan dapat memproduksi semua barang jadi dan seluruh barang semi-jadi. Kedua barang jadi dan semi-jadi di definisikan sebagai Pf,i (dimana i adalah index dari item milik famili f) dan mereka di produksi menurut ukuran jumlah lot (lotf,i). Setiap item ditandai dengan siklus waktu yang diberikan pada masing-masing sumber daya dari family yang sesuai (ctf,i,r). Singkatnya, dalam metodologi baru diusulkan di sini, langkah-langkah di bawah ini diikuti.
1. Prosedur MRP tradisional memungkinkan untuk menghitung kebutuhan bersih untuk semua time buckets bagi time horizon untuk semua produk yang telah selesai dan banyaknya jumlah yang harus dipesan untuk setiap pembelian komponen dalam setiap kali time buckets.
2. Model MILP memungkinkan untuk menghitung kebutuhan bersih dari produk semi—finished dan jumlah lot harus dipesan untuk setiap produk jadi dan produk semi—finished di setiap time buckets.

3. Hasil dan Pembahasan
Peneliti memberikan hasil serta penyelesaian dari penelitiannya dimana kesimpulan dari makalah ini adalah memperkenalkan mendefinisikan prosedur MRP yang berorientasi pada kapasitas dalam membantu praktisi untuk merencanakan sistem produksi mereka sekaligus mengatasi permintaan kebutuhan yang membuat lead time menjadi di luar prosedur MRP.
Peneliti menjelaskan, dengan memperkenalkan model baru, prosedur tradisionla MRP memungkinkan menghitung kebutuhan bersih dari kedua produk jadi dan produk semi-finished perintah dari item yang dibeli, untuk semua horizon time buckets. Sedangkan MILP memungkinkan menghitung perintah semua barang jadi dan semi-finished produk dalam setiap jangka waktu perencanaan horison. Solusi MILP berorientasi (i) di sesuai dengan kapasitas produksi masing-masing sumber daya, (ii) untuk meminimalkan biaya memegang saham, dan (iii) untuk mencakup kebutuhan bersih dan limbah.
Peneliti melakukan serangakian penelitian dengan serangkaiaan penjelasan yang baik , sehingga untuk semua alasan yang disebutkan peneliti dalam jurnal, model yang diusulkan memungkinkan menghasilkan MRP berencana dalam rentang waktu yang sangat singkat. Oleh karena itu, model yang diusulkan terbukti membantu manajer produksi dalam mendapatkan MRP terencana untuk tanaman industri kehidupan nyata. Untuk tujuan ini, alat yang digunakan untuk memecahkan masalah MILP memicu hasil yang menjanjikan untuk penelitian masa depan: pendekatan diperkenalkan di sini dapat ditingkatkan, untuk membuatnya cocok untuk lebih lingkungan manufaktur yang kompleks dari yang disajikan di sini sebagai studi kasus.

Sumber:

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Simbol dan Istilah Pada Hak Kekayaan Intelektual (HAKI)

A.            HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL Hak Kekayaan Intelektual, disingkat "HKI" atau akronim "HaKI", adalah padanan kata yang biasa digunakan untuk Intellectual Property Rights (IPR), yakni hak yang timbul bagi hasil olah pikir yang menghasikan suatu produk atau proses yang berguna untuk manusia pada intinya HKI adalah hak untuk menikmati secara ekonomis hasil dari suatu kreativitas intelektual. Objek yang diatur dalam HKI adalah karya-karya yang timbul atau lahir karena kemampuan intelektual manusia. Sistem HKI merupakan hak privat ( private rights ). Disinilah ciri khas HKI. Seseorang bebas untuk mengajukan permohonan atau mendaftar karya intelektual atau tidak. Hak eksklusif yang diberikan negara kepada individu pelaku HKI ( inventor , pencipta, pendesain, dan sebagainya) tidak lain dimaksud sebagai penghargaan atas hasil karya (kreativitas)nya dan agar orang lain terangsang untuk lebih lanjut mengembangkan lagi, sehingga dengan sistem HKI tersebut kepe

Tulisan 1 : Tempat Kuliner "Recommended"

Bakso-Mie Ayam Pak Min, Rasa Jendral Harga Kopral             Siapa yang tidak kenal makanan ini? Tentunya seluruh masyarakat Indonesia mengenal makanan ini. Ya, makanan ini tidak lain adalah bakso. Bakso atau baso adalah jenis kuliner makanan berkuah kaldu daging sapi yang enak dan gurih. Bakso urat sapi adalah makanan berkuah yang paling banyak disukai oleh semua kalangan karena bakso (baso) urat sapi selain enak dan lezat dimakan hangat,  kandungan gizi bakso sangat baik untuk kesehatan tubuh. Ada beberapa jenis macam pentol bakso (baso) yaitu bakso urat sapi, bakso telur, bakso rudal, bakso bakwan, bakso cincang, bakso keju, dan bakso lainnya. Bahan pentol bakso (baso) urat sapi dibuat dari campuran daging sapi giling, urat sapi dan tepung tapioka, akan tetapi ada juga bakso yang terbuat dari daging ayam, ikan, atau udang. Bakso dapat disajikan campuran mie, bihun, taoge, tahu siomay , terkadang telur, ditaburi bawang goreng dan seledri. Salah satu tempat di daera